Arus globalisasi berimbas pada penggunaan
dan keberadaan bahasa Indonesia di masyarakat. Penggunaan bahasa di dunia maya,
internet, facebook misalnya, memberi banyak perubahan bagi sturktur
bahasa Indonesia yang oleh beberapa pihak disinyalir merusak bahasa itu
sendiri. Berlandaskan alasan
globalisasi dan prestise, masyarakat mulai kehilangan rasa bangga menggunakan
bahasa nasional. Tidak hanya pada rakyat kecil, ‘krisis bahasa’ juga ditemukan
pada para pejabat negara. Kurang intelek katanya kalau dalam setiap ucapan
tidak dibumbui selingan bahasa asing yang sebenarnya tidak perlu. Hal tersebut
memunculkan istilah baru, yaitu ‘Indoglish’ kependekan dari
‘Indonesian-English’ untuk fenomena bahasa yang kian menghantam bahasa
Indonesia. Sulit dipungkiri memang, bahasa asing kini telah menjamur
penggunaannya. Mulai dari judul film, judul buku, judul lagu, sampai pemberian
nama merk produk dalam negeri. Kita pun merasa lebih bangga jika lancar dalam
berbicara bahasa asing. Namun, apapun alasannya, entah itu menjaga prestise,
mengikuti perkembangan zaman, ataupun untuk meraup keuntungan, tanpa kita
sadari secara perlahan kita telah ikut andil dalam mengikis kepribadian dan
jati diri bangsa kita sendiri.
Sekarang ini penggunaan bentuk ‘Inggris’
sudah banyak menggejala. Dalam bidang internet dan komputer kita banyak
menggunakan kata mendownload, mengupload, mengupdate, dienter, direlease,
didiscount, dan lain sebagainya. Tidak hanya dalam bidang komputer saja,
di bidang lain pun sering kita jumpai. Selain bahasa Asing, kedudukan bahasa
Indonesia juga semakin terdesak dengan pemakain bahasa-bahasa gaul di kalangan
remaja. Bahasa gaul ini sering kita temukan dalam pesan singkat atau sms, chatting,
dan sejenisnya.
Untuk itu, Bahasa Indonesia harus tetap
digunakan pada rel yang benar, agar perilaku generasi bangsa tidak semakin
memburuk di masa depan. Hal ini penting, sebab bahasa merupakan sesuatu yang
digunakan sehari-hari, apabila bahasa yang digunakan buruk, maka dapat
dikatakan bahwa hal itu merupakan perilaku buruk yang akan mempengaruhi kepada
psikologi pribadi dan tata nilai di masyarakat. Jangan menganggap remeh bahasa
yang digunakan sehari-hari, apakah itu Bahasa Indonesia atau Bahasa Daerah,
yang jelas norma-norma dan kaidah-kaidah berbahasa sangat kuat pengaruhnya bagi
diri pribadi dan bagi orang lain. Sudah pasti Bahasa Indonesia yang berlaku
saat ini merupakan bahasa yang baik, di dalamnya terdapat amanat agar bangsa
kita menggunakan Bahasa Indonesia dengan baik dan bijaksana, dengan sopan dan
beretika, hanya orangnya saja yang menggunakan Bahasa Indonesia terkadang tidak
beretika, misalnya dengan berkata kasar, mencaci-maki, mencela, berbicara
jorok, dan lain-lain.
SIMPULAN
Berdasarkan pembahasan ini dapat ditarik
simpulan bahwa era global dengan berbagai kemajuan teknologi informasi dan
komunikasi sangat berpengaruh terhadap eksistensi bahasa Indonesia. Namun
demikian, dengan kemajuan teknologi seharusnya bisa kita manfaatkan dalam
pemertahanan bahasa Indonesia. Intinya adalah gunakanlah bahasa dengan baik dan
dengan beretika, karena bahasa merupakan cermin moral dan etika. (Eyang
Ageng Sastranegara)
Referensi : http://operabiru.wordpress.com/2010/09/28/bahasa-dan-sastra-sebagai-cermin-moral-dan-etika/
Nama : Judhy Ardhi Setiawan
Kelas : 5 KA 22
Npm : 17109331
Jurusan :
Sistem InformasiKelas : 5 KA 22
Npm : 17109331
Dosen : Drs. Sugito Martodiwiryo